Psikologi Abnormal ( Abnormal Psychology ) merupakan salah satu cabang psikologi
yang berupaya untuk memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang –
orang yang mengalaminya. Dari waktu ke waktu sebagian dari kita merasa cemas
ketika menghadapi interview kerja yang penting atau ujian akhir . Lalu
bagaimana kita di anggap melanggar batas antara perilaku abnormal dengan normal
?
Satu jawabannya adalah kondisi emosional seperti
kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal bila tidak sesuai dengan
situasinya. Hal yang normal bila kita tertekan dalam tes tetapi
menjadi tidak normal ketika rasa cemas itu muncul ketika sedang memasuki department store atau menaiki lift.
Perilaku abnormal juga diindikasikan melalui besarnya / tingkat keseriusan
problem. Walaupun bentuk kecemasan sebelum interview kerja dianggap cukup
normal namun merasa seakan – akan jantung akan copot yang mengakibatkan
batalnya interview adalah tidak normal.
ABNORMALITAS DENGAN KONSEP MOTIVASI
Handoko
(1992), menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga yang
terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi
tingkah laku. Lewin (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku merupakan
fungsi dari faktor personal dan faktor lingkungan dalam pengertian bahwa
perilaku itu timbul karena adanya dorongan faktor internal dan kekuatan faktor
eksternal. Sementara itu Watson (dalam Asad, 1982) menegaskan bahwa perilaku
pada dasarnya bersifat mekanistis, yaitu timbulnya disebabkan karena adanya
stimulus. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu
stimulus.
Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut konsep Woodworth (dalam Asad, 1982) mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu : (a) intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu; dan (c) persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus.
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam Asad, 1982) yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional factor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta interaksi antara keduanya.
Berdasarkan uraian di atas, konsep motivasi yang dikemukakan dalam kaitannya dengan perilaku dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.
Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut konsep Woodworth (dalam Asad, 1982) mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu : (a) intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau melakukan suatu perilaku tertentu; dan (c) persistensi atau kecenderungan untuk mengulang perilaku secara terus menerus.
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam Asad, 1982) yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional factor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta interaksi antara keduanya.
Berdasarkan uraian di atas, konsep motivasi yang dikemukakan dalam kaitannya dengan perilaku dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah, dan membuat persisten (perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk mengatasi atau memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.
ABNORMALITAS
DENGAN STRESS
Stres dalam
arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa
sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian. stres adalah keadaan internal yang dapat
diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial
yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan
individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik
secara fisik maupun psikologis.
Stres juga
diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu
alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis
organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada
diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. Stres merupakan mekanisme yang
kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis,
psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme
tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu
dengan individu yang lain.
stres
memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau
kejadian tertentu yang menimbulkan stres
atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon
atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara
psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas,
sulit berkonsentrasi, dan mudahtersinggung.
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu
proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui
strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Penyebab Stres atau Stressor
Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan
manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat
berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun
sosial dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan
lingkungan luar lainnya. stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik
(seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial
(seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang dianggap
sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi
stressor.
Sumber –
sumber yang dapat menyebabkan stres yaitu:
a. life events atau
peristiwa – peristiwa dalam kehidupan , baik yang bersifat negative maupun
positif , seperti kriminalitas , pemerkosaan , kekerasan , kehilangan anggota keluarga,
bencana alam dan pertengkaran
b. frustrassion terjadi
ketika suatu tujuan atau motif seseorang tidak terpenuhi atau terpuaskan.
c. Conflict merupakan
keadaan dimana seseorang individu tidak dapat memenuhi tujuan atau motifnya
karena adanya gangguan dari orang lain.
d. Preasure yaitu
tekanan merupakan stress yang muncul karena disebabkan oleh ancaman kejadian
negative.
e. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi
berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan
sebagainya.
f.
Personal stressor yaitu ancaman atau
gangguan yang lebih kuat atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi
pada level individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya.
g.
Environtmental kondisi lingkunngan seperti suhu ruangan , polusi
udara , lebisingan dan lain- lain.
umur adalah
salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur
seseorang, semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh
faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan
seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar. Pengalaman kerja
juga mempengaruhi munculnya stres kerja. Individu yang memiliki pengalaman
kerja lebih lama, cenderung lebih rentan terhadap tekanan-tekanan dalam
pekerjaan, daripada individu dengan sedikit pengalaman
Reaksi
Psikologis terhadap Stres
·
Anxiety ( kecemasan )
Merupakan
emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan munculnya khawatir,
ketegangan / tertekan , ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi dan ketakutan
yang mana tanda – tanda ini dialami dalam derajat yang berbeda –beda pada
masing – masing individu.
·
Anger and Aggression ( kemarahan dan agresi)
Merupakan
reaksi psikologis berupa kemarahan yang mengarah pada perilaku agresi ( baik
berupa tindakan fisik atau verbal ) ketika individu mengalami frustasi.
Perilaku agresi ditunjukan langsung pada sumber stress ( direct aggression )
atau dengan menyerang orang yang tidak bersalah dan objek – objek yang ada
disekitarnya menjadi tempat pelampiasan kemarahan.
·
Apathy and Depression ( ketidakberdayaan dan depresi )
Merupakan
reaksi psikologis berupa menarik diri dan merasa tidak berdaya menghadapi
peristiwa – peristiwa yang tidak terkontrol.
·
Cognitive Impairment ( penurunan fungsi kognitif)
Merupakan
reaksi psikologis akibat stress yang ditandai dengan sulit berkonsentrasi,
sulit untuk berpikir secara logis dan pemikiran yang mudah teralihkan dalam
melakukan tugas – tugas atau masalah yang kompleks.
ABNORMALITAS
DENGAN GENDER
Gangguan Identitas Gender
atau transeksualisme adalah ketidakpuasan psikologis terhadap gender
biologisnya sendiri, gangguan dalam memahami identitasnya sendiri, sebagai laki
laki atau perempuan.Tujuan utamanya bukan rangsangan seksual tetapi lebih berupa keinginan untuk menjalani kehidupan lawan jenisnya. Biasanya ybs. merasa seolah terperangkap dalam tubuh dengan jenis kelamin yang salah.
Dibeberapa budaya, individu dengan identitas gender yang keliru sering dikaitkan dengan kemampuan cenayang atau peramal dan diperlakukan sebagai figur yang dihormati namun tidak jarang justru dijadikan objek ingin tahu, cemoohan hingga sasaran kekerasan.
Gangguan identitas gender “berbeda” dengan individu interseks atau hermaphrodite dimana ybs. terlahir dengan alat kelamin yang tidak jelas akibat abnormalitas hormonal atau abnormalitas fisik lainnya. Sebaliknya individu dengan gangguan identitas gender tidak menunjukkan abnormalitas fisik.
Diduga penyebabnya karena mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya akibat keinginan orang tua terhadap jenis kelamin berbeda atau kurangnya teman bermain yang sejenis selama tahun awal sosialisasi.
Para ilmuwan belum menemukan adanya peran biologis yang spesifik terhadap gangguan identitas gender.
Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku
abnormal dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga yaitu :
1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis
atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi
dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb.
Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya
tahan terhadap stress.
2. Faktor – faktor psikososial
3. Faktor –
Faktor Sosiokultural
Halgin P
Richard dan Susan Krauss Whitbourne , psikologi abnormal ,
2009 edisi 6
buku 1